Minggu, 11 Oktober 2015

Esai tentang Nasionalisme bangsa Indonesia

Hari ini merupakan hari terakhir bagiku untuk melaksanakan tes. Akhirnya setelah pulang dari tes daripada menganggur lebih baik saya luangkan waktu saya untuk menulis artikel di blog ini. Terlintaslah keinginan dalam benakku bahwa aku suatu saat nanti ingin menerbitkan sebuah buku tentang bangsa ini. Baiklah langsung saja kubuat esai ini daripada membuang waktu lama.
Terlintas dalam ingatan saya pada seseorang nasionalis India yang bernama Mahatma Gandhi. Ia pernah berkata "my nationalism is humanity" yang artinya nasionalisme saya adalah perikemanusiaan. Kalimat inilah yang selalu terngiang dalam kepala saya dan memotivasi saya untuk agar saya bisa menjadi seorang abdi negara. Oleh karena itulah saya bercita-cita menjadi seorang polisi. 

Sebagai seorang yang terlahir di zaman yang sudah merdeka perlulah kiranya bagi kita untuk kembali mengingat masa lalu karena Bung Karno pernah berkata JASMERAH. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Karena dengan sejarah kita bisa berada sekarang ini. Sebagai bangsa Indonesia tentunya kita harus sadar bahwa banyak sekali generasi muda sekarang tidak tahu tentang sejarah perjuangan bangsa sendiri. Banyak dari mereka tidak menyadari bagaimana kaum pergerakan-revolusioner telah berkorban untuk mendirikan Indonesia Merdeka. Niscaya kalau sejarah ini ditinggalkan maka kita ini akan seperti kera yang terjepit di dalam kegelapan yang hanya berisi amuk belaka. Ke sana juga bingung, ke sini juga bingung, ke depan juga bingung tak tentu arah.

Sebagai rasa yang sudah lama hidup dalam kalbunya bangsa Indonesia, tentulah kita harus pertahankan rasa nasionalisme ini. Oleh karena bangsa ini merupakan bangsa yang terjajah. Cobalah baca dalam kitab sejarah, adakah bangsa Indonesia pernah menjajah bangsa lain?Rasanya tidak. Nasionalisme bangsa Indonesia ini merupakan nasionalisme yang ketimuran. Lantas seperti apa yang ada dalam buku "Di Bawah Bendera Revolusi" bahwasanya Nasionalisme yang barat ini merupakan nasionalisme yang mencari keuntungan sendiri, dengan menghitung untung rugi sedangkan nasionalisme yang ketimuran ini merupakan nasionalisme yang ingin membebaskan diri dari imperialisme. Nasionalisme inilah yang harus dijunjung dan dipertahankan oleh bangsa Indonesia.

Nasionalisme ialah suatu itikad daripada suatu bangsa untuk bersatu. Rasa nasionalisme inilah yang menimbulkan kepercayaan diri pada tiap-tiap orang. Rasa kepercayaan diri inilah yang akhirnya menginsyafi revolusi kemerdekaan Indonesia 1945 setelah 350 tahun bangsa Indonesia diinjak, dikikis, dipertuankan oleh raksasa imperialis Belanda itu. Seorang nasionalis sejati tentunya harus memiliki semangat nasionalisme yang tidak lahir oleh karena kesombongan belaka. Tidak hanya karena copy-paste dari barat. Tetapi haruslah menerima rasa itu sebagai wahyu dan kemudian melaksanakan rasa itu sebagai bakti kepada bangsanya. 

Kita haruslah bangga terhadap nasionalisme bangsa Indonesia. Nasionalisme bangsa Indonesia ini tidaklah meruncing menjadi chauvinisme. Masyarakat Indonesia tidaklah memeluk yang namanya jingo-nationalisme ini. Lihatlah bagaimana Hitler dengan bangga mengatakan bahwa ras bangsa Jerman ini lebih unggul daripada bangsa lain. Inilah yang tidak perlu kita tiru sebagai bangsa Indonesia dan harus kita pertahankan semangat ini. 

Lalu apakah yang membuat rasa nasionalisme ini menjadi sebuah permusuhan tatkala bangsa Indonesia telah melaksanakan revolusi 17 Agustus. Wahai rakyat Indonesia, tidakkah kalian sadar betul bagaimana para founding fathers kita, pahlawan kita, rakyat kita berjuang mati-matian demi mencari padang kemerdekaan itu. Adakah keberatan jika golongan islam bekerja sama dengan golongan hindu, golongan budhisme, golongan kristen, golongan yahudi atau sesama golongan islam sendiri. Lantas inilah yang disebut sebagai islamis sejati?Adakah keberatan jika golongan nasionalis bekerja sama dengan golongan marxis?Bukankah Allah telah berfirman bahwa Allah telah menciptakan manusia untuk saling berkenalan. Lantas apakah revolusi yang bangsa Indonesia ini sudah dikhianati?

Kita bisa saksikan bagaimana Rasulullah SAW bersedia mengadakan kerjasama dengan golongan yahudi tanpa memandang kepercayaan mereka yang tertuang dalam Piagam Madinah. Lihatlah bagaimana seorang mantan presiden kita Bapak Gus Dur mengadakan hubungan kerjasama dengan Israel. Lihatlah bagaimaan Sun Yat Sen yang dengan senang hati menerima kerjasama dengan golongan marxisme yang akhirnya bangsa Tiongkok berhasil mengadakan suatu revolusi pada tahun 1912. 

Jikalau nasionalisme itu bangsa Indonesia wujudkan tanpa berpikiran yang sempit dengan kehendak ingin bersatu, tanpa memandang perbedaan yang ada niscaya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat. Dengan semangat nasionalisme inilah yang menimbulkan rasa kepercayaan diri terhadap bangsa Indonesia. Dengan semangat kepercayaan diri pulalah yang menginsyafi kesanggupan rakyat Indonesia untuk bisa membangun negara Indonesia yang berdikari dan merdeka 100%. Saya yakin bahwa bangsa Indonesia pastilah akan menjadi mercusuarnya dunia. Hanya sejarahlah yang menentukan itu.