UTS Ilmu Fiqh hari ini benar-benar gila. Kami disuruh
membaca kitab kuning dalam bentuk tulisan Arab gundul. Sebelumnya, aku udah
belajar bahasa Arab. Tapi aku baru bisa baca sebagian saja. Istilah seperti fii
atau alaa, aku bisa membacanya. Setelah giliranku membaca, aku baca baru baris
pertama, Pak Solek ngomong “Thank you”. Ya jelas saja, aku membacanya
asal-asalan wkwk!! Mungkin aku perlu lebih giat lagi dalam belajar huruf Arab
gundul. Setelah makul Fiqh selesai, ada UTS lagi, Ulumul Quran. Hari ini memang
benar-benar tes yang gila-gilaan.
Selasa, 31 Oktober 2017
Senin, 30 Oktober 2017
Rasa nasionalisme yang sempit
Kelompokku hari ini mendapat giliran presentasi
makul Pendidikan Pancasila. Materinya tentang Nilai-nilai Patriotisme yang bisa
diambil setelah kunjungan ke museum. Haekal mbuka presentasi dan yang nutup. Kayak
biasanya, mesti ada tanya jawab abis presentasi.
Rivai tanya, “Apakah ada sikap lain selain
patriotisme yang tumbuh dari rasa
nasionalisme?” Aku menjelaskan padanya bahwa nasionalisme yang luas bisa timbul
menjadi rasa patriotisme. Artinya rasa nasionalisme ini benar-benar rasa cinta
terhadap bangsanya tetapi tidak mengecualikan lainnya. Adapun rasa nasionalisme
yang sempit bisa tumbuh menjadi chauvinisme atau jingo-nationalism,
yakni rasa kecintaan terhadap bangsanya menjadi sebuah kesombongan belaka
dengan menganggap bangsanya lebih dari segalanya. Aku ngasih conto kayak
nasionalisme Hitler di Jerman yang nganggep ras Arya lebih dari yang lain atau
di atas segalanya.
Hari ini, aku UTS (Ulangan Tengah Semester)
Pengantar Ilmu Hukum. Beruntung kelas sebelumnya mbagiin foto soal yang
dikerjakan kelasnya pada kami di Whatsapp. Aku belajar dari soal itu. Wah,
untungnya saat UTS, Bu Rofiah ngasih soal yang persis dibagiin kelas
sebelumnya. Tes secara tertulis, jadi aku lebih gampang mengerjakannya.
Minggu, 29 Oktober 2017
Workshop Clicks hari kedua
Hari ini, aku dan teman-temanku kumpul lagi di kelas
M6. Materi Workshop tentang TOEFL. Hari ini, hari terakhir workshop. Materinya cepet
banget. Sebenarnya aku pengen penjelasan lebih. Hanya satu jam saja.
Lalu kami bersama-sama ke Maerokoco. Kami lalu
berkumpul terlebih dahulu sebelum berangkat. Aku dan Yusron bersama-sama naik
motor. Setelah sampai, kami berkumpul dahulu. Sebelumnya, kami udah dibagi lima
kelompok. Aku kelompok satu. Kami dapet tugas yang sama untuk buat video
perbedaan British dan American Accent dan lalu diupload lewat instagram.
Deadline jam 14.00. Padahal kami sampai di Maerokoco pukul 12 lebih. Video itu
harus berdurasi maksimal 1 menit. Mbak Husna yang jadi PJ (Penanggung Jawab)
kelompok kami.
Next, kami keliling nyari
suasana yang nyaman dan view yang indah untuk ngebuat video. Dalam satu
kelompokku, ada empat orang. Aku dapet bagian nerangin vocabularies dan spelling.
Untuk bagianku, aku harus ngulangi beberapa kali karena durasi bicaraku yang
lama. Ini yang paling nguji kesabaranku. Terakhir, aku bisa ngomong selama 16
detik. Karena yang lain juga dapet jatah 10 detik.
Setelah selesai membuat video, kami melakukan
serangkaian outbond. Outbond berakhir pukul 15.30. Setelah
selesai, kami kumpul bareng-bareng. Waktu itu diumumin siapa viewer yang
paling banyak. Karena video setiap kelompok harus diupload di Instagram.
Pemenangnya kelompok Yusron dengan 114 viewers. Abis pengumuman, kami
diminta untuk ngasih kritik acara ini. Kemudian kami pulang bersama-sama pukul
16.30. Disamping melelahkan, tapi workshop kali ini benar-benar ngebuat
aku terlatih ngomong bahasa Inggris di depan umum.
Sabtu, 28 Oktober 2017
Workshop hari pertama di Clicks
Aku ikut workshop Clicks di kelas M6. Workshop ngebahas
soal perbedaan British dan American Accent dan motivasi dari Mas Iqbal belajar
bahasa Inggris.
Untuk perbedaan antara British dan America, aku
sedikit dapet pengetahuan. Dulu aku nggak pernah tahu keduanya waktu kursus
bahasa Inggris. Yang penting, bahasa kami dimengerti sama orang lain maupun
turis asing. Aku mungkin perlu belajar keduanya biar suatu saat di Inggris aku
bisa make logat British dengan baik.
Kamis, 26 Oktober 2017
Imperialisme, fase terakhir kapitalisme
Mengkaji persoalan imperialisme adalah persoalan
yang luas. Tapi disini aku ngebahas dari buku Lenin Imperialism, The Highest
Stage of Capitalism. Buku itu walaupun dari segi halaman sedikit, tapi isinya
tebel. Sumpah! Aku suka banget tulisannya.
Kalau seandainya aku ketemu Lenin, aku bakal puji
dia, “Herr Lenin, Ich lobe eigentlich an deiner Arbeit. Jedoch ist es ‘thin’
aus die Pagina, aber the matter is thick”. Imperialisme tidak bisa
dipisahkan dengan perkembangan kapitalisme seperti apa kata Hobson.
Persaingan bebas dalam perusahaan-perusahaan dan
bank membuat mereka mendominasi atas perusahaan kecil. Perusahaan-perusahaan
yang tersisia ini lalu membuat kesepakatan bahkan juga bank-bank.
Bank-bank ini juga lalu memilih perusahaan manakah
yang bisa mereka beri pinjaman modal. Ini memicu ketergantungan perusahaan pada
bank. Seperti Djarum Group yang memiliki saham BCA. BCA ini menurut Majalah
Forbes, bank terbesar ketiga di Asia. Inilah dunianya kapital finansial yang
sekarang benar-benar terjadi.
Persaingan juga terjadi antar negara dalam
memperebutkan konsumen. China saat ini menjadi nomor satu dunia mengalahkan USA
dan Jepang. Lalu apakah teori Lenin sebuah kebohongan? Masihkah kita menutup
diri terhadap karya-karya Marxis yang sebenarnya lebih masuk akal?
Rabu, 25 Oktober 2017
Mau sana ke sana, mau sini ke sini
Aku tidak tahu aku mau kemana setelah ini di tahun
depan. Keinginanku seperti terombang-ambing diantara badai yang menerkam
jiwaku. Aku memang pingin biar aku bisa nerbitin buku judulnya “Aku Bangga Jadi
Anak Pancasila” karyaku sendiri. Selain itu aku juga pingin bisa nerbitin buku
filsafat karyaku sendiri.
Aku tanya sama diriku sendiri. Pantaskah keinginan
itu buatku? Kalo aku jadi polisi, bahaya nggak ya buatku? Ataupun kalau jadi
PNS?
Memang aku tahu, jadi seorang polisi seleksinya nggak
gampang. Aku punya banyak kekurangan fisik. Begitupun dengan IPDN. Waduh, pilihanku
jadi bimbang antara keduanya. Kalau brigadir, aku nggak bakal sampe
diasramakan. Karena seleksinya beda sama IPDN. Tapi keyakinan sebenarnya aku
sendiri bisa melewati semuanya. Mau sana kesana, mau sini ke sini.
Langganan:
Postingan (Atom)