Jumat, 04 Desember 2015

Hakikat Revolusi

Tatkala kita membicarakan mengenai revolusi, terbayanglah di benak kita sebuah perubahan besar yang begitu hebat dan cepatnya. Terbayanglah di benak kita sebuah pengorbanan nyawa demi sebuah revolusi. Terbayanglah di benak kita bagaimana kerasnya sebuah revolusi itu.

Revolusi bukanlah sebuah ide yang luar biasa dan istimewa. Ia bukanlah buatan otak seseorang pemimpin. Kecakapan yang luar biasa dari seseorang yang membangun sebuah revolusi, memimpin dan melaksanakannya tiada dapat diciptakan dengan otaknya sendiri. Melainkan ia timbul oleh karena syarat obyektif yang menghantamnya, ialah imperialisme. Bila kita lihat dalam berbagai buku sejarah dunia, bagaimana sebuah revolusi dari tiap-tiap bangsa itu lahir membawa corak dan wataknya masing-masing. Tiada suatu bangsa di dunia ini yang memiliki kesamaan dalam cara berjuangnya. Karenanya memiliki tiap-tiap bangsa di dunia ini memiliki kepribadian mereka masing-masing dalam cara berjuangnya menentang imperialisme itu.

Perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia selama berpuluh-puluh tahun melawan bangsa Belanda untuk mencapai kemerdekaannya tiada bisa disamakan dengan perjuangan bangsa India melawan bangsa Inggris dalam mencapai kemerdekaannya. Atau pula perjuangan bangsa Amerika untuk mencapai kemerdekaannya dari kolonisasi Inggris dan akhirnya mampu mencapai kemerdekaannya dengan mendeklarasikan Declaration of Independence 1776. Atau pula perjuangan bangsa Rusia dalam menggugurkan kapitalisme pada tahun 1917.  Imperialisme ini pun lahir membawa corak dan watak yang berbeda dari pada induknya ialah kapitalisme.  Kapitalisme ini pun lahir tergantung dari berapa banyaknya bahan-bahan yang diperlukan untuk kapitalisme itu. Negeri Amerika, Belanda, Spanyol, Jepang, Perancis, Jerman, Portugis, Inggris adalah negeri yang memiliki kapitalisme. Oleh karenanyalah mereka menjalankan imperialisme. Tetapi negeri ini memiliki imperialisme yang berbeda-beda. Sebabnya ialah oleh karena keadaan bahan-bahan untuk kapitalisme di tiap-tiap negeri itu berbeda. Oleh karenanya imperialisme itu memiliki empat karakter:
 1. Imperialisme biadab, yaitu imperialisme yang benar-benar menindas rakyat jajahan tanpa memberi sedikitpun untuk bangkit. Contoh imperialisme Spanyol di Filipina.
2. Imperialisme semi biadab, hampir sama dengan yang pertama cuma lebih memberikan sedikit kelonggaran kepada rakyat jajahan. Contoh imperialisme Belanda di Indonesia.
3. Imperialisme semi liberal, ialah imperialisme yang setengah lapang dada. Contoh Imperialisme Inggris di India.
4. Imperialisme liberal, ialah imperialisme yang memberi kebebasan penuh kepada rakyat jajahan namun walaupun begitu masih dalam injeksi imperialisme. Contoh imperialisme Amerika di Filipina.

Dalam pertumbuhannya kemudian imperialisme ini pada akhirnya hampir memiliki satu kesamaan dengan yang lainnya bahkan saat ini imperialisme boleh dikatakan internasional karena memiliki satu kesamaan rona dengan yang lainnya.



Spanyol dan Portugis pada kira-kira abad ke-16 ketika sampai di Filipina maupun di Timor-Timur, mereka belumlah terlepas dari feodalisme yang masih membelenggu di negeri mereka. Mereka tiada mempunyai pasar untuk dijadikan penanaman modal di wilayah koloni. Karena itulah mereka datang untuk ke wilayah koloni untuk sekadar mengambil barang-barang yang bisa dijual ke Eropa dengan harga tinggi untuk dikumpulkan menjadi kapital mereka. Bahkan di Filipina kita mengenal Dr. Rizal yang namanya diabadikan menjadi nama stadion di Filipina dengan nama Rizal Memorial Stadium. Ia adalah seorang pejuang dari Filipina yang ditembak oleh orang Spanyol karena menentang penjajahan Spanyol.

Belanda yang kemudian mengikuti jejak Spanyol dan Portugis pada tahun 1596 datang ke Indonesia. Waktu itu Belanda hanyalah negeri warung kopi kecil yang sedikit kekurangan bahan-bahan untuk kapitalisme tersebut. Belanda ketika itu sudah melepaskan diri dari belenggu feodalisme dan mendirikan kekuasaan borjuasi. Maka kapitalisme Belanda ketika itu masih muda ketika sampai di Indonesia.

Inggris yang sampai di India, kapitalisme di Inggris sudah tua usianya. Sejak abad ke-17 mereka sudah lama menyelami revolusi borjuis. Setelah revolusi itu, maka kapitalisme kian menggembung dan Inggris akhirnya mengenali paham liberalisme dan konstitusionalime.

Berbeda lagi dengan bangsa Amerika Serikat ketika sampai di Filipina pada tahun 1898. Mereka sudah dua kali mengalami revolusi borjuis pada tahun 1776 yang dipimpin oleh George Washington hingga akhirnya mereka mendeklarasikan Declaration of Independence dan pada tahun 1860. Mereka teguh memegang paham Monroe Doctrine, demokrasi liberal dan politik pintu terbuka.
Perbedaan dari pada revolusi itu kita lihat, seperti saya contohkan sebagai berikut. Revolusi Amerika tahukah pembaca bagaimana revolusi Amerika itu?Ya, revolusi Amerika itu lahir oleh karena kolonialisme yang dilakukan bangsa Inggris terhadap Amerika. Tapi revolusi yang dijalankan oleh bangsa Amerika itu tiada dilakukan oleh seluruh rakyat. Melainkan hanyalah kaum atasan saja seperti George Washington dan Thomas Jefferson. Mereka membentuk tentara untuk melawan Inggris hingga akhirnya bangsa Amerika berhasil mendeklarasikan Declaration of Independence pada tahun 1776. Lalu lihat revolusi yang dilakukan bangsa India terhadap bangsa Inggris. Revolusi yang dijalankan India tiada pula dijalankan oleh semua rakyat melainkan hanya revolusi borjuasi yang menunggang di atas rakyat jelata. Tetapi revolusi yang dilakukan bangsa India ini bukan revolusi yang menggunakan kekerasan seperti bangsa Amerika tadi. Mereka hanya dengan cara "halus". Revolusi ini juga dilakukan halnya di Perancis pada tahun 1789 tatkala kaum borjuis ingin menggulingkan feodalisme dengan menunggangi rakyat jelata.

Maka sudah jelaslah bagaimana revolusi itu bertujuan ingin menentukan kelas mana yang akan berkuasa. Revolusi ialah bertujuan ingin mencapai masyarakat baru. Di dalam masa revolusilah tercapai puncak kekuatan moral, terlahir kecerdasan pikiran dan teraih segenap kemampuan untuk mendirikan masyarakat baru.