Kamis, 12 November 2015

Demokrasi Indonesia yang sejati

Barangkali untuk melepas rasa lelah saya oleh karena tugas sekolah yang begitu banyaknya sehingga memaksa saya untuk beristirahat, hal ini kemudian membuat saya timbul rasa ingin menulis artikel ini untuk menghilangkan rasa stress yang ada pada saya punya otak. Oke, hari ini saya akan menulis artikel mengenal demokrasi yang sejati untuk Indonesia.

Saudara pembaca, tahukah saudara apa itu demokrasi?Demokrasi itu menurut Abraham Lincoln yaitu suatu sistem pemerintahan yang dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat atau mungkin pendeknya pemerintahan yang kekuasaannya ditangan rakyat. Cara demokrasi inilah tentunya yang diharapkan oleh segenap rakyat Indonesia di dalam sistem demokrasi Indonesia saat ini. Tetapi nampaknya sistem demokrasi yang ada di Indonesia seperti ini hanyalah pada "omongan" saja. Tidak di dalam praktek yang sesungguhnya. Malah demokrasi Indonesia ini cenderung meniru saja dari barat. Lalu bagaimana sistem demokrasi yang ada di barat itu?

Demokrasi di barat sudah mulai muncul tatkala di Perancis rakyat Perancis mengadakan revolusi untuk menggulingkan kekuasaan raja yang absolut. Setelah revolusi itu maka benih-benih itu kian lama kian menyebar hingga ke seluruh Eropa. Saudara pembaca, perlu diketahui bahwa ketika itu bangsa Perancis dibawah pemerintahan yang otokrasi. Pemerintahan ketika itu dipimpin oleh raja. Raja dianggap sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Maka rakyat tidak boleh bersuara. Semua perkataan raja dianggap sebagai sumber dari Tuhan. Oleh karenanya rakyat hanya menurut saja apa kehendak raja. Bahkan tahta dilakukan secara turun-temurun. Raja dalam menjalankan kekuasaannya dibantu oleh dua golongan. Yang pertama ialah golongan bangsawan dan kedua ialah golongan kaum penghulu agama. Rakyat dijadikan saja perkakas daripada raja. Zaman ini oleh karenanya dinamakan Zaman Feodalisme.

Kemudian muncullah golongan yang kemudian menjadi golongan borjuis. Mereka memiliki perniagaan, pertukangan, perusahaan hingga pada akhirnya mereka pun sadar bahwa mereka harus pula memiliki kekuasaan politik untuk menumbangkan kekuasaan raja. Lalu bagaimana caranya supaya mereka bisa menumbangkan raja dengan segala perkakasnya?Kemudian diajaklah rakyat jelata untuk menumbangkan kekuasaan raja. Maka kemudian dengan mendengungkan liberty, equality, fraternity bagi rakyat jelata hingga akhirnya kaum borjuis memiliki cukup senjata untuk menumbangkan ke-otokrasian raja. Akhirnya kekuasaan raja pun tumbang beserta kaum ningrat dan kaum penghulu agama.

Setelah tumbang maka kemudian golongan borjuis tadi mengadakan sistem pemerintahan yang baru. Maka kemudian timbullah kapitalisme. Kapitalisme yang awalnya hanya kecil-kecilan lalu semakin menggembung tubuhnya itu di seluruh Eropa. Tetapi nasib rakyat jelata hanya semakin tertindas oleh karena mereka dijadikan buruh oleh kaum borjuis tadi. Nasib yang mereka inginkan lebih baik justru hanyalah menghasilkan perjuangan mereka dengan memakan getahnya saja. Kaum borjuis pun mengadakan parlemen. Oh, kaum proletar bergembira!!Mereka bisa bersuara di parlemen dengan mengirimkan wakil mereka. Tetapi di parlemen mereka bisa menjatuhkan kekuasaan "minister" kaum borjuis tapi besoknya mereka bisa kembali dijungkalkan oleh kaum majikan mereka. Inikah demokrasi yang sejati?

Demokrasi yang demikian itu sekarang diterapkan di Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Perancis. Demokrasi Liberal atau pula demokrasi parlementer hanyalah demokrasi yang mana rakyat boleh bersuara di dalam parlemen itu secara bebas. Disini kebebasan berpendapat tiada dibatasi. Tetapi rakyat tetaplah tertindas oleh kaum borjuis tadi. Inilah demokrasi yang hanya disebut sebagai demokrasi yang tiada menyelamatkan rakyat miskin. Oh memang kami mengakui faedahnya pemilu, parlemen, tetapi apakah demokrasi ekonomi berjalan?Tidak

Seorang sosialis asal Perancis yang bernama Jean Jaures itu pernah berdebat di dalam parlemen daripada Perancis. Ia berdebat dengan para minister-minister daripada pemimpin Perancis. Tujuan perjuangan daripada Jean Jaures ialah sosialisme. Ia berjuang bagi kaum buruh melawan kaum kapitalis demi kesejahteraan. Dalam perdebatan itu lalu seorang minister mengatakan,"Tuan Jean Jaures, anda tidak setia terhadap Revolusi Perancis." Minister itu mengira bahwa perjuangan daripada Revolusi Perancis ialah mendirikan demokrasi parlementer. Bahkan minister tadi mengira bahwa dengan adanya parlementere democratie tadi maka terciptalah kesejahteraan masyarakat. Jean Jaures mengkritik demokrasi yang demikian itu. Maka ia dengan tiada kenal lelah terus memperjuangkan sosialisme.

Demokrasi Indonesia yang sejati itu ialah sosio-demokrasi. Sosio demokrasi ini tumbuh daripada sosio-nasionalisme. Nasionalisme bangsa Indonesia itu ialah nasionalisme yang berperikemanusiaan. Saya pernah sitir perkataan Mahatma Gandhi dalam artikel saya yang lalu. Mahatma Gandhi berkata,"My nastionalism is humanity" yang artinya nasionalisme saya adalah perikemanusiaan-I'humanite. Nasionalisme bangsa Indonesia itu tidaklah jingo-nationalism, tidaklah ia chauvinisme, tetapi perikemanusiaan yang menyelamatkan rakyat jelata. Nasionalisme setiap bangsa tentulah berbeda isinya dengan yang lain. Apabila kita lihat nasionalisme China, India, Kuba tentu berbeda dengan kita. Maka oleh karena sosio-nasionalisme ini maka kemudian timbullah sosio demokrasi yaitu demokrasi masyarakat. Sosio-demokrasi ini sebenarnya sudah ada dalam kalbunya bangsa Indonesia yang kemudian diformulirkan oleh Bung Karno dalam Pancasila sila-4.

Apabila kita lihat saat ini kita lihat dimanakah pelaksanaan demokrasi yang sejati dari bangsa Indonesia itu. Apakah demokrasi Pancasila yang kita dengungkan benar-benar terlaksana?Kalau kita mau berubah Insya Allah bangsa Indonesia akan tinggi berkibar namanya di kancah internasional. Kalau pelaksanaan demokrasi kita permusyawaratan sesuai sila ke-4, bilamana dalam menyusun kebijakan pemerintah mau melibatkan rakyat kecil terutama kaum buruh maka Indonesia akan menjadi bangsa yang teladan bagi bangsa lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar