Senin, 09 Oktober 2017

Justisia, dapur awalku menulis


Hari ini, aku ikut kegiatan workshop Justisia. Workshop dimulai dari jam 9 hingga jam setengah 5 sore. Perkuliahan selama sehari terpaksa deh, aku tinggalin. Jam setengah 9, aku menuju kanfak. Aku awalnya udah janjian sama Cantika, komting kelasku, nitipin beberapa tugas untuk dikumpulin ke dosen. Aku kasih juga surat izin yang udah aku dapet dari UKM[1] untuk makul hari ini.

Kami kumpul di UKM sebelum berangkat workshop. Aku berangkat bareng Harly, karena dia nggak bawa motor. Kami berangkat beriringan... kayak konvoi aja nih wkwk.. Akhirnya sampai juga di tempat workshopnya. Tempatnya di Asrama UIN Walisongo, Tambakaji.

Acara dibuka dengan sambutan kakak senior dari Justisia. Acara lalu dilanjutkan dengan workshop pertama dibawakan oleh Bapak Kholidubnu Adib yang mengebahas soal kejustisiaan. Beliau ini juga ikut mendirikan Justisia pada 1993.

Workshop jadwal kedua dilanjutkan oleh Bapak Rofi’udin. Beliau ngebahas masalah jurnalisme. Beliau saat ini jadi KPID alias Komisi Penyiaran Indonesia Daerah. Pembahasannya menarik sih, buatku. Sayangnya, aku nggak minat jadi jurnalis.

Workshop jadwal ketiga dibawakan oleh Bapak Sujiantoko. Beliau dosen honorer UIN. Beliau ngebahas soal manajemen. Pembahasannya lebih banyak teorinya. Walaupun ada sih, sedikit motivasinya. Ya, mungkin karena beliau ini bukan orang sukses, jadi kagak banyak motivasi yang beliau kasih. Coba kalau yang ngasih orang sukses, mungkin kami bakal lebih bergairah. Acara ditutup jam setengah 5 sore. Kegiatan workshop ini bakal seminggu full. Terpaksa deh, aku tinggalin kuliah.

Dulu aku sempet nulis impianku di kertas kalo aku pingin bisa nerbitin buku karyaku “Aku Bangga Jadi Anak Pancasila” tahun 2023 dan juga bisa nerbitin buku filsafat karyaku sendiri. Aku sempet kebayang kalo aku suatu saat bisa dapet ekstrakurikuler menulis. So that, aku bisa ngasah kemampuanku untuk nulis.

Wah, ternyata apa yang aku bayangin malah terwujud dengan terpilihnya aku dalam seleksi Justisia. Kagak nyangka banget deh pokoknya! Aku baru nyadar sekarang. Dari banyak peserta yang mendaftar seluruh Fakultas Syariah dan Hukum aja, dipilih maksimal 25 orang. Mungkin inikah cara Allah swt mengatur sesuai rencana-Nya? Aku nggak tahu.

Tapi yang pasti aku yakin kalau buku itu akan terbit. Jika aku jadi polisi ataupun diterima di IPDN, aku ingin nglanjutin sekolah di Inggris jadi aku bisa belajar sama banyak buku disana. Sekarang tinggal usaha tuk mencapai impianku. Hanya Allah swtlah yang tahu semua ini.


[1] UKM=Unit Kegiatan Mahasiswa

Jumat, 06 Oktober 2017

Menentukan sebuah pilihan


Aku nyadarin kalau sebuah cita-cita tidak segampang itu untuk diraih. Dulu, waktu aku kelas 3 SMA, aku fokusin impianku jadi polisi. After that, semuanya kandas... huu...sedihnya!! Dua kali aku gagal. Aku juga punya impian lain dan aku yakin, aku bisa mewujudkannya. Aku yakin, kalau impian itu pastilah bisa terwujud di masa depan.

Impianku yang lain adalah menguasai bahasa Inggris, Belanda dan Jerman. Oleh karena itulah, setiap hari selalu kuluangkan waktuku belajar bahasa. Aku pengen bisa nglanjutin sekolah di Inggris, dan juga bisa ke Jerman. Bagiku bahasa adalah senjata untuk menaklukkan dunia. Bukan Inggris, Belanda, dan Jerman yang menaklukkanku, tapi akulah yang harus menaklukkan mereka.

Kegagalanku dalam tes IPDN[1] membuatku menyesal. Sampe sekarang, aku nggak bisa ngelupain gimana sakitnya kegagalan itu. Ya, akhirnya aku harus rela kuliah untuk ngisi waktu satu tahun ini. Aku bingung apa aku ndaftar lagi IPDN ataukah yang lain? Di lubuk hatiku aku punya keinginan kuat, “Stärke Glauben” bahwa aku pasti bisa melanjutkan sekolah di Inggris setelah lulus sekolah kedinasan.

Aku kayak ngambang di tengah ombak yang mengamuk di lautan. Mau kemanakah kapal ini akan berjalan? Aku nggak tahu dan belum mutusin.


[1] IPDN=Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Kamis, 05 Oktober 2017

Belajar dan belajarr...


Makul Bahasa Indonesia harusnya jam 10.20. Tapi karena dosennya berhalangan, akhirnya kosong. Yaah... Aku dateng jam 11.00, karena aku dan Islamiyah janjian ngerjain tugas Ilmu Tauhid. Pukul 12.00 jadwal Ulumul Hadits, eh ternyata kosong juga.. ckckck...

Well, aku akhirnya pulang. Ilham aku antar pulang juga. Malam ini, nggak ada tugas yang dikerjakan. Aku manfaatin aja untuk belajar bahasa Jerman dan nglanjutin nulis buku.

Selasa, 03 Oktober 2017

Dapet dosen lulusan Belanda


Hari ini, aku ngerasa ngantuk dan malas untuk kuliah. Kebetulan, dosen PHI[1], Bu Maria Anna cuti. Tapi sama aja nggak bisa nahan rasa kantukku. Kuliah mulai dari jam 08.40, Ilmu Fiqh. Kelompoknya Iqbal, Deny presentasi nggak bawa makalah. Waduuh berat nih.. Pak Solek habis presentasi ngomong, “In your presentation, you must bring your article. So that I can correct of your work. By writing article, you can improve your knowledge. And also I don’t allow all of you to cite the source from internet. Because it can’t make our knowledge be improved. We will be like a children age 4.”

Mentang-mentang Pak Solek lulusan Universitas Leiden, mahasiswanya aja disuruh ngomong bahasa Inggris ato bahasa Arab. Beliau aja bisa ngomong bahasa Inggris dan Bahasa Arab lho.  Fasih pula.. Ampun pak! BTW, kami memang kudu ngomong bahasa Inggris di kelas biar jadi modal untuk masa depan. Sejujurnya aku seneng banget sama makul model pengajaran kayak gini. Ini bisa jadi motivasiku buat improving kemampuan speaking-ku. Bisa jadi pas wawancara seleksi, aku jadi nggak kagok lagi.


[1] PHI=Pengantar Ilmu Hukum

Senin, 02 Oktober 2017

Agama dan Negara


Hubungan agama dan negara di Indonesia memang suatu persoalan yang begitu pelik. Dalam sejarah, berbagai perdebatan selalu mengemuka dalam publik persoalan ini. Mulai dari penyusunan Dasar Negara ketika sidang BPUPKI hingga sidang Konstituante selalu dipenuhi dengan perdebatan apakah agama dan negara harus dipisahkan, atau disatukan. Para founding fathers kita saat itu banyak mengajukan konsep verhoudingen ini. Soekarno dalam sidang BPUPKI mengusulkan agar agama harus dipisahkan dari ruang publik. Ia sangat terinspirasi dari implementasi kehidupan bernegara di Turki saat itu. Lalu Soepomo mengusulkan konsep negara integralistik yang menggabungkan agama dan negara, sehingga peran agama menjadi dominan. Sebenarnya, persoalan ini berakar dari karena belum lazimnya istilah diferensiasi ketika itu. Maksudnya, nilai-nilai agama mengandung landasan moral yang bisa menjadi pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam Pancasila, nilai Ketuhanan tidak hanya sebatas diimplementasikan pada aktivitas ritual belaka. Namun juga menyangkut hubungan antar manusia dan lingkungannya. Dalam pada itu, kita dengan meminjam istilah yang dipakai Alfred Stepan, mengenal “twin tolerantion”. “Twin Tolerantion” adalah konsep toleransi kehidupan beragama dalam satu negara dimana nilai-nilai agama diterapkan dalam berbagai peraturan-peraturan serta penyelenggaraan bernegara. Nilai-nilai universal agama dapat diterapkan sejauh tidak mencampuri urusan agama masing-masing individu.

Banyak sekali kaum ekstrimis Islam yang menginginkan negara Islam di Indonesia menurut bayangan mereka. Sejatinya mereka lebih menginginkan kedamaian menurut pandangan mereka sejauh tidak bertolak belakang dengan keinginan mereka. Pancasila menolak sistem sekularisme dan integralisme. Itulah mengapa, para pendiri bangsa kita dari kalangan ulama, saat sebelum sidang PPKI 18 Agustus menghapus tujuh kata setelah Ketuhanan demi kemaslahatan bersama.

Minggu, 05 Februari 2017

Menggapai Impian

Jujur saja, sejak kemarin aku eselalu berkata dalam hatiku. Dan ingin rasanya aku menuliskan hal ini. Tetapi aku bingung, mau kukemanakan isi hatiku bisa aku ungkapkan. Sebagai seorang remaja penganggur memang tidak seenak seperti apa yang dibayangkan. Aku sendirian. Rasa bosan terkadang selalu menyelimutiku. Belajar, membaca buku, dan latihan fisik adalah kegiatan sehari-hariku. Tiada aktivitas lain kecuali hanya itu. Memang membaca buku saja rasanya tidak cukup untuk mengisi rasa kebosananku. Sudah banyak buku yang sudah aku "makan".

Kali ini akan aku ceritakan sebuah pengalamanku bertemu teman sekolahku. Tetapi ada yang beda. Entah kenapa, aku jadi bingung jika aku bertemu dengan dia. Dulu ia sewaktu aku masih sekolah SMP hingga SMA, ia selalu melihatku. Lama sekali. Ia selalu melihatku jikalau tidak ada teman yang mengetahuinya. Ya, seperti cari-cari kesempatan. Tetapi yang membuat aku bingung adalah apakah ia benar-benar menyukaiku. Mungkin kalau bagi orang lain aku ini terkesan pede. Hah, masak kamu anak laki-laki disukai oleh cewek. Dan hal iilah yang menjadi misteri bagiku saat ini. Ingin rasanya aku bertemu dengan dia. Bertatap muka, ngomong apa adanya, sebenarnya apakah si dia benar-benar menyukaiku.

Hari minggu, 2 minggu yang lalu tepatnya di pagi hari. Aku bertemu dengan si dia. Aku menyapanya lebih dahulu di saat aku sedang berlari. Memang setiap hari Minggu pagi, aku selalu berlatih berlari. Si dia hanya tersenyum saja. Kalau aku bertemu dengan teman aku yang cewek yang lain. Mereka justru biasa saja dan bahkan mereka menyapaku lebih dulu. tetapi kenapa dengan si dia???Tetapi hatiku merasa senang jika aku bertemu dengan si dia. Setelah bertemu aku menjadi semangat untuk berlatih lebih giat. Dan nyala api dalam dadaku menjadi berkobar-kobar kembali.

Menjadi seorang polisi dan diterima di akpol adalah cita-citaku sejak aku duduk di kelas 1 SMA. Sewaktu itu Pak Narto, kepala sekolahku memberikan motivasi kepada kami semua siswa SMA 1 BOJA. Kami sedang dalam rangka kegiatan BLT(Basic Leadership Training) di Bantir. Malam itu beliau memberikan motivasi dan menyuruh kami semua untuk menuliskan apa keinginan kami saat itu setelah lulus sekolah. Dan disitulah aku menuliskan imipainku. Di lembar kertas yang kecil, aku tuliskan bahwa aku ingin diterima di akpol. Aku ingin agar aku bisa membahagian orang tuaku dan enaikhajikan mereka. Sejak itulah aku tanamkan kuat cita-citaku ini. Engkau boleh saat ini menghina keinginan saya. Tapi saya akan buktikan siapa yang berhasil menggapai impiannya. Dan saya akan buktikan bahwa saya bisa diterima di akpol.

Sampai saat ini aku masih berkeinginan untuk bisa diterima. Walaupun kemarin aku sempat gagal. Maafkan aku ayah dan ibu aku tidak bisa mewujudkan impian itu. Aku gagal!!!.

Saat ini aku tahu memang rasanya bosan jika aktivitas yang aku jalankan hanya monoton. Aku butuh seseorang yang bisa memotivasiku. Aku telah berjanji. Dan janjiku sudah aku janjikan sejak kelas 2, bahwa aku tidak akan berpacaran sebelum aku benar-benar lulus dari Akpol. Jika aku melihat teman-temanku sudah mempunyai pacar, sungguh aku merasa iri. Sungguh, aku ingin seperti mereka. Seandainya saya bisa dengan si dia yang bisa memotivasi aku di saat aku sedang galau dan bosan. Tetapi aku telah berjanji bahwa sebelum aku bisa diterima dan lulus dari akpol aku tidak akan mau berpacaran.

Beberapa hari lalu aku bermimpi bertemu dengan si dia. Entah kenapa, terkadang aku bermimpi bertemu dengan si dia. Padahal, aku tidak pernah memikirkan dia. Saat ini aku hanya sedang fokus bagaimana aku bisa mewujudkan impianku. Sempat terbayang, jika saya mungkin sedang IBL memakai seragam jika aku bertemu dengan si dia aku akan bertatap muka dengannya dan bertanya mengapa ia selalu melihatku. Aku hanya ingin dia jujur apakah ia benar-benar menyukaiku atau tidak. Tetapi aku tidak terlalu berandai-andai. Karena aku bukanlah seorang idealis. Dan di tahun 2017 ini aku akan berusaha untuk menggapai impianku.

Kamis, 31 Maret 2016

Contoh Perkenalan dalam Bahasa Belanda

Hallo, hoe gaat het jouw?Ik wens goed voor alle. Ik wil ik zelf verstallen nu. Het spijt me, ik kan zeer niet goed schrijven. Ik heb slecht een licht accent in mijn taal.

Mijn naam is Erlangga Danny Rimba Pradana. Ik ben zeventien jaar oud. Ik ben geboren in Semarang in het jaar negentien honderd achtennegentig, op zevenentwintig juli. Ik ben studenten op Hoogere Middenbare School Een Boja. Ik ben in de drie jaar studenten op mijn school nu. Ik woon in Perum. Puri Delta Asri "number" negentien. Ik woon met mijn moeder, mijn vader, en mijn zus en broer. Ik ben de eerste zon in mijn gezin. Mijn broer naam is Ardian Dwi Saputra. Hij is vijf jaar ouder dan ik. Mijn zus is Vevina Delicia Treva. Zij is drie jaar oud nu en zij wil studeert naar de school morgen jaar.

Mijn woning ligt in Boja op Kendal regentschap. Ik kom uit Semarang voordat ik woon in hier. De precise is in het jaar 2008. Ik studeer in Lagere School 5,6,7 op Semarang. Er staat drie boemen voor het huis. Daar zijn mangoes boemen en rambutan boemen. Voor het huis er staat en rijsveld en ligt in de west van de zons. Dus elke morgen ik kan zie de zons schijnen. Ik kan ook zie de boeren plant zij rijstveld. Ik kan veel koele lucht in mijn huis. Om voor mijn huis te staad de rijsveld. Daar is de zwarte auto in mijn huis. Mijn vader koopt er vorige maand. Elke zonsdaag mijn gezin gaan we graag wandelen soms.

Ik houd van lezen en schrijven en ook luisteren naar de muziek. Elke dag ik lees een boek. In mijn slaapkamer daar staat een boekencast. Er staat mijn boeken in de boekencast. Daar zijn philosophische boeken, politiek boeken, economische boeken, biography boeken en geschiedenis boeken. Maar ik redde mijn veel boeken bij mijn computeer. Ik leer een geschiedenis boek nu en ik heb niet verleden. De titel is "Ten Days that Shook the World". Ik vind dat het is interessante boek. Ik schrijf een article op de internet soms. Ik heb een ideealen dat ik kan worden als een politie en als ook een auteur wanner ik ben volwassen.

Ik vind dat is genoeg voor mijn biography. Verdelijk dank en goede nacht en tot ziens!!